Posting mengikut label

Monday, January 27, 2014

Kemerdekaan Menurut Islam


Salah satu hak setiap bangsa, golongan, masyarakat atau peribadi iaitu hak mendapatkan kemerdekaan lahir dan batin. Lalu, bagaimanakah kemerdekaan menurut Islam?

Sebagaimana kita ketahui bahwa Allah SWT telah menjadikan manusia sebagai makhluk yang mulia dan utama, hal ini disebutkan dalam Al-Quran surat Al-Isra ayat 70.
“Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan anak-anak Adam; dan Kami telah beri mereka menggunakan berbagai-bagai kenderaan di darat dan di laut; dan Kami telah memberikan rezeki kepada mereka dari benda-benda yang baik-baik serta Kami telah lebihkan mereka dengan selebih-lebihnya atas banyak makhluk-makhluk yang telah Kami ciptakan.”
Kerana manusia makhluk yang dimuliakan oleh Allah SWT dan supaya tetap bisa mempertahankan kemuliaannya, maka Allah SWT memberikan berbagai hak dan kewajiban kepada manusia. Di antara begitu banyak hak manusia, salah satunya adalah hak untuk mendapatkan kemerdekaan baik lahiriah maupun batiniah.

Kemerdekaan yang dimaksud harus meliputi jaminan kepada hak-hak jasmaniah dan rohaniah, seperti kemerdekaan hidup, kemerdekaan agama, kemerdekaan harta, kemerdekaan tempat tinggal, kemerdekaan mengemukakan pendapat dan sebagainya.


Kemerdekaan Hidup

Nyawa merupakan kurnia Allah SWT yang paling bernilai yang diberikan kepada manusia. Oleh kerana itu perlu adanya jaminan hukum agar kemerdekaan dan keselamatannya bisa terjamin. Bahkan bukan hanya nyawa yang harus mendapat jaminan tapi semua anggota badan harus mendapat jaminan keselamatan dari segala hal yang akan merosakkannya.

Supaya manusia leluasa menjalankan hidupnya di dunia ini, Islam memberi aturan yang keras berupa larangan membunuh, baik bunuh diri (An-Nisa : 29) atau membunuh orang lain (Al-Isra : 33). Bagi yang melanggar larangan tersebut, hukum qisas-lah yang berlaku iaitu hukum pembalasan yang setimpal sebagai jaminan untuk menjaga nyawa manusia dari pembunuhan atau penganiayaan, namun semuanya itu tentu harus dijalankan menurut aturan hukum, iaitu melalui keputusan hakim, bukan menurut kehendak sendiri-sendiri.


Kemerdekaan Agama

Kemerdekaan agama merupakan hak azasi manusia yang sangat penting. Seorang manusia harus merasa bebas dan merdeka untuk memilih agamanya menurut kehendaknya sendiri tanpa adanya paksaan atau ancaman dari orang lain.

Bagaimana menurut Islam? Mari kita perhatikan firman Allah SWT
“Tidak ada paksaan dalam ugama (Islam), kerana sesungguhnya telah nyata kebenaran (Islam) dari kesesatan (kufur). Oleh itu, sesiapa yang tidak percayakan Taghut, dan ia pula beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada simpulan (tali ugama) yang teguh yang tidak akan putus. Dan (ingatlah), Allah Maha Mendengar, lagi Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah : 256)
Dalam ayat lain disebutkan:
“Dan jika Tuhanmu menghendaki nescaya berimanlah sekalian manusia yang ada di bumi. Maka patutkah engkau pula hendak memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman?” (Yunus : 99)
Islam memang memerintahkan agar umatnya melaksanakan dakwah iaitu mengajak orang lain untuk masuk Islam, namun dakwah tersebut sama sekali tidak boleh dilakukan dengan kekerasan, kekuasaan atau paksaan. Allah SWT telah menggariskan, dakwah itu harus dengan 3 cara yaitu : 1. Bijaksana, 2. Pelajaran dan penerangan, dan 3. Tukar pendapat atau diskusi.

Sebagaimana firman-Nya :
“Serulah ke jalan Tuhanmu dengan hikmat kebijaksanaan dan nasihat pengajaran yang baik, dan berbahaslah dengan mereka dengan cara yang lebih baik; sesungguhnya Tuhanmu Dia lah jua yang lebih mengetahui akan orang yang sesat dari jalanNya, dan Dia lah jua yang lebih mengetahui akan orang-orang yang mendapat hidayah petunjuk.” (An-Nahl : 125)
Kewajiban seorang muslim hanya sekedar menyampaikan saja, adapun mau turut atau tidaknya tergantung kepada kesedaran yang menerimanya, juga tergantung ada dan tidaknya hidayah dari Allah SWT. Salah, apabila umat Islam tidak mau mengajak dan tidak dosa hukumnya apabila yang diajak itu tidak mau menurut.


Kemerdekaan Harta

Baru terasa hidup merdeka dan tenteram hati apabila memiliki harta yang dijamin oleh aturan atau undang-undang. Sepi dari pencuri, sunyi dari perompak merupakan harapan semua manusia terutama yang memiliki banyak harta.

Oleh kerana itu Islam memberi aturan yang berat dengan cara menjatuhkan hukuman potong tangan bagi setiap pencuri yang memenuhi syarat-syarat potong tangan. Maksudnya tiada lain agar keselamatan harta dan kemerdekaan memiliki harta yang menjadi harapan semua bisa terwujud.

Begitu pun Islam mengajarkan umatnya, bagaimana cara memiliki dan mencari harta. Seorang muslim dilarang untuk mencari harta dengan cara menipu, korupsi, mencuri dan lain sebagainya. Secara umum diterangkan oleh Allah SWT dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 188 :
“Dan janganlah kamu makan (atau mengambil) harta (orang-orang lain) di antara kamu dengan jalan yang salah, dan jangan pula kamu menghulurkan harta kamu (memberi rasuah) kepada hakim-hakim kerana hendak memakan (atau mengambil) sebahagian dari harta manusia dengan (berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui (salahnya).”

Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat

Kemerdekaan mengemukakan pendapat dalam Islam dikaitkan dalam saling menasihati yang merupakan pokok agama Islam. Nabi Muhammad SAW berkata bahwa Agama adalah Nasihat, termasuk nasihat kepada pemimpin kaum muslimin.

Sabda Nabi Muhammad SAW, “Jangan melarang seseorang memberikan hak kepada manusia untuk mengatakan kebenaran jika dia mengetahuinya.”  Dilihat dari apa yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW terlihat bahawa Islam adalah agama yang menjunjung tinggi mengemukakan pendapat.

Pada zaman khalifah Umar bin Khattab, ada seorang wanita yang menyampaikan pendapat pada khalifah dengan menolak pendapat khalifah, dan Umar sebagai khalifah tidak melarang wanita tersebut mengeluarkan pendapat.

Bagaimana dengan amalan kebebasan berpendapat umat muslim saat ini? Di negara demokrasi, sebahagian umat Islam memadukan ajaran Nabi Muhammad SAW tentang kebebasan berpendapat dengan demokrasi. Padahal sungguh berbeza kebebasan pendapat pada demokrasi dan kebebasan pendapat dalam Islam. Dalam demokrasi semua hal dapat diperdebatkan, dalam suatu forum mengemukakan pendapat seseuatu yang haram dalam agama boleh diputuskan sah dilakukan, dan sebaliknya sesuatu yang halal dapat menjadi haram.

Berbeza dalam Islam, mengemukakan pendapat, bermusyawarah hanya boleh untuk urusan yang mubah. Sedang sesuatu yang sudah ditetapkan hukum syara' tidak diperbolehkan untuk diperdebatkan, diundi dan diputuskan hasil akhirnya dengan suara terbanyak. Sedangkan masalah teknologi Islam menyuruh umatnya untuk menyerahkan pada ahlinya.

Hal ini berdasar dalil Al-Quran,
“Dan hendaklah engkau menjalankan hukum di antara mereka dengan apa yang telah diturunkan oleh Allah dan janganlah engkau menurut kehendak hawa nafsu mereka, dan berjaga-jagalah supaya mereka tidak memesongkanmu dari sesuatu hukum yang telah diturunkan oleh Allah kepadamu. Kemudian jika mereka berpaling (enggan menerima hukum Allah itu), maka ketahuilah, hanyasanya Allah mahu menyeksa mereka dengan sebab setengah dari dosa-dosa mereka; dan sesungguhnya kebanyakan dari umat manusia itu adalah orang-orang yang fasik.” (Al-Maidah : 49).
Namun perlu diketahui bahwa kebebasan berpendapat tidaklah bersifat mutlak tanpa batasan. Kebebasan ini tetap mempunyai batasan-batasan, antara lain:

  • Didasarkan atas iktikad yang baik dan niat yang tulus.
  • Tidak boleh ditujukan untuk menjatuhkan pihak lain, membuka aib-aib orang lain, memprovokasi dan mengadu domba, atau sekadar untuk mencari populariti.
  • Tidak bertentangan dengan asas-asas ajaran Islam.
  • Hendaknya disampaikan dengan akhlaq (etika) yang baik.


Kemerdekaan Bertempat Tinggal

Dalam Islam setiap orang memiliki kemerdekaan bertempat tinggal dan menjadikan tempat tinggalnya itu sebagai kawasan peribadinya. Allah SWT berfirman,
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu masuk ke dalam mana-mana rumah yang bukan rumah kamu, sehingga kamu lebih dahulu meminta izin serta memberi salam kepada penduduknya; yang demikian adalah lebih baik bagi kamu, supaya kamu beringat. Maka sekiranya kamu tidak mendapati sesiapa (yang berhak memberi izin) maka janganlah masuk ke dalam rumah itu sehingga kamu diberi izin; dan jika dikatakan kepada kamu "baliklah", maka hendaklah kamu berundur balik; cara yang demikian adalah lebih suci bagi kamu; dan (ingatlah) Allah Maha Mengetahui akan apa yang kamu lakukan.” (Al-Nur: 27-28).

Demikianlah sedikit mengenai kemerdekaan menurut ajaran Islam. Semoga bermanfaat.


Dipetik (dengan ubah suai) dari - Dawaihati

No comments: